Kisahkasih Prabu Geusan Ulun dengan istri penguasa Pangeran Girilaya Cirebon, yang bernama Harisbaya mengubah cerita cinta masa lalu menjadi cerita cinta politik, antara Sumedang dan Cirebon. Prabu Geusan Ulun menerima sanksi kekalahannya. Beliau menyerahkan sebagian wilayah kekuasaannya di daerah Sindang Kasih Majalengka kepada Kerajaan

●̲̅̅ Kondisi Politik Politik-Pemerintahan Kerajaan Pajajaran terletak di Jawa Barat, yang berkembang pada abad ke 8-16. Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Pajajaran, antara lain ●̲̅̅ Daftar raja Pajajaran ü Sri Baduga Maharaja 1482 – 1521, bertahta di Pakuan Bogor sekarang ü Surawisesa 1521 – 1535, bertahta di Pakuan ü Ratu Dewata 1535 – 1543, bertahta di Pakuan ü Ratu Sakti 1543 – 1551, bertahta di Pakuan ü Ratu Nilakendra 1551-1567, meninggalkan Pakuan karena serangan Hasanudin dan anaknya, Maulana Yusuf ü Raga Mulya 1567 – 1579, dikenal sebagai Prabu Surya Kencana, memerintah dari PandeglangMaharaja Jayabhupati Haji-Ri-Sunda ü Rahyang Niskala Wastu Kencana ü Rahyang Dewa Niskala Rahyang Ningrat Kencana ü Ratu Samian Prabu Surawisesa ●̲̅̅ Puncak Kejayaan/ Keemasan Kerajaan Pajajaran Kerajaan Pajajaran pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja mengalami masa keemasan. Alasan ini pula yang banyak diingat dan dituturkan masyarakat Jawa Barat, seolah-olah Sri Baduga atau Siliwangi adalah Raja yang tak pernah purna, senantiasa hidup abadi dihati dan pikiran masyarakat. Pembangunan Pajajaran di masa Sri Baduga menyangkut seluruh aspek kehidupan. Tentang pembangunan spiritual dikisahkan dalam Carita Parahyangan. Sang Maharaja membuat karya besar, yaitu ; membuat talaga besar yang bernama Maharena Wijaya, membuat jalan yang menuju ke ibukota Pakuan dan Wanagiri. Ia memperteguh pertahanan ibu kota, memberikan desa perdikan kepada semua pendeta dan pengikutnya untuk menggairahkan kegiatan agama yang menjadi penuntun kehidupan rakyat. Kemudian membuat Kabinihajian kaputren, kesatriaan asrama prajurit, pagelaran bermacam-macam formasi tempur, pamingtonan tempat pertunjukan, memperkuat angkatan perang, mengatur pemungutan upeti dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-undang kerajaan Pembangunan yang bersifat material tersebut terlacak pula didalam Prasasti Kabantenan dan Batutulis, di kisahkan para Juru Pantun dan penulis Babad, saat ini masih bisa terjejaki, namun tak kurang yang musnah termakan jaman. Dari kedua Prasasti serta Cerita Pantun dan Kisah-kisah Babad tersebut diketahui bahwa Sri Baduga telah memerintahkan untuk membuat wilayah perdikan; membuat Talaga Maharena Wijaya; memperteguh ibu kota; membuat Kabinihajian, kesatriaan, pagelaran, pamingtonan, memperkuat angkatan perang, mengatur pemungutan upeti dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-undang kerajaan. Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajaan Sunda lainnya, yaitu Kesultanan Banten. Berakhirnya zaman Pajajaran ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana singgahsana raja, dari Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Batu berukuran 200x160x20 cm itu diboyong ke Banten karena tradisi politik agar di Pakuan Pajajaran tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru, dan menandakan Maulana Yusuf adalah penerus kekuasaan Sunda yang sah karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga Maharaja. Palangka Sriman Sriwacana tersebut saat ini bisa ditemukan di depan bekas Keraton Surosowan di Banten. Masyarakat Banten menyebutnya Watu Gilang, berarti mengkilap atau berseri, sama artinya dengan kata Sriman.

Kehidupanpolitik Kerajaan Kediri diawali oleh perang saudara antara Samarawijaya Panjalu dan Panji Garasakan Jenggala. Kerajaan Pajajaran atau disebut Kerajaan Sunda merupakan Kerajaan bercorak agama Hindu. Berikut ini adalah rekomndasi nama-namanya. Salah satu fakta menarik dari kerajaan ini dapat dilihat dari awal mula berdirinya.
Pajang mengalami masa kejayaan saat dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya/Jaka Tingkir. Rakyat hidup makmur dan sejahtera karena sikap pemimpinnya yang adil,tegas dan bijaksana. Kehidupan perekonomian masyarakatnya juga menurut saya, maaf bila salah
kehidupan politik kerajaan pajajaran
Sumberutama sejarah yang mengandung informasi mengenai kehidupan sehari-hari di Pajajaran dari abad ke 15 sampai awal abad ke 16 dapat ditemukan dalam naskah (Kondisi POLISOSBUD), yaitu Kondisi Politik (Politik-Pemerintahan) Kerajaan Pajajaran terletak di Jawa Barat, yang berkembang pada abad ke 8-16. Raja-raja yang pernah memerintah
Menurut Carita Parahyangan, kerajaan Sunda didirikan oleh Tarusbawa pada tahun 669 591 saka. Sebelum berdiri sebagai kerajaan yang mandiri, Sunda merupakan bawahan Kerajaan Tarumanagara. Raja Tarumanagara yang terakhir Sri Maharaja Linggawarman tahun 666-669, memiliki dua anak, semuanya perempuan. Dewi Manasih putri sulungnya menikah dengan Tarusbawa dari Sunda, sedangkan yang kedua Sobakancana Daputa Hyang Sri Janayasa, pendiri Kerajaan Sriwijaya. Setelah Linggawarman meninggal, kekuasaan Tarumanagara turun kepada menantunya, Tarusbawa. Hal ini menyebabkan penguasa Galuh, juga bawahan kerajaan Tarumanagara, bernama Wretikandayun 612-702 memberontak, melepaskan diri dari Tarumanagara serta mendirikan Kerajaan Galuh yang mendiri. Tarusbawa memindahkan kekuasaannya ke Sunda, di hulu sungai Cipakancilan, tempat dimana sungai Ciliwung dan Cisadane berdekatan dan berjajar, sedangkan Tarumanagara menjadi kerajaan bawahannya. Batas antara Sunda dan Galuh ini adalah sungai Citarum Sunda disebelah Barat, Galuh disebelah Timur. Pada masa pemerintahan Sana raja ketiga Galuh, saudara seibu Sana yang bernama Purbasora melakukan kudeta, Sana meminta bantuan Tarusbawa. Atas bantuan Tarusbawa, Sanjaya berhasil merebut kembali tahta di Galuh. Hubungan baik ini berlanjut menjadi hubungan kekeluargaan, putra Sana, Sanjaya menikahi putri Tarusbawa. Sepeninggal Tarusbawa, Sanjaya menyatukan kembali kerajaan Sunda dan Galuh. Ketika ia kembali ke Mataram untuk meneruskan tahta ibunya Sanaha, Sanjaya menyerahkan Sunda dan Galuh kepada seorang putranya. Dalam prasasti Sang Hyang Tapak yang ditemukan di daerah Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat berangka tahun 1030 M yang menggunakan bahasa Jawa Kuno dan huruf Kawi, disebutkan seorang raja bernama Maharaja Sri Jayabhupati dan berkuasa di Prahajyan Sunda atau sebutan lain dari kerajaan Sunda/Pajajaran, bukan sebuah kerajaan sendiri. Prasasti ini menyebutkan adanya pemujaan terhadap tapak kaki. Terlihat juga bahwa Raja Jayabhupati memeluk agama Hindu aliran Siwa. Hal ini jelas ditunjukan oleh gelarnya yaitu Wisnumurti. Raja Jayabhupati digantikan oleh Rahyang Niskala Wastukencana, dan kemudian baru disebut-sebut nama Raja Sri Baduga Maharaja, yang dalam kitab Pararaton diceritakan terlibat dalam perang Bubat denga kerajaan majapahit pada tahun 1357. Raja Pajajaran berikutnya adalah Prabu Ratu Dewata memerintah 1535 – 1543. Pada masa pemerintahannya terjadi serangan dari Banten kerajaan bawahan Sunda yang telah bercorak Islam, si bawah pimpinan Maulana Hassanudin. Serangan berikutnya masih dari Kerajaan Banten, kali ini dipimpin oleh Maulana Yusuf, pada tahun 1579. Serangan ini mengakhiri riwayat kerajaan Sunda pajajaran, yang disimbolkan dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana singgasana raja dari Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan di banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Batu berukuran 200x160x20 cm itu diboyong karena tradisi politik agar di Pajajaran tidak dimungkinkan lagi penobatan raja baru, serta menandakan bahwa Maulana Yusuf adalah penerus kekuasaan Sunda yang sah buyut perempuannya adalah putri Sri Baduga Maharaja, raja Sunda. Singgasan tersebut saat ini bisa kita jumpai di depan bekas keraton Surosowan di Banten. Masyarakat Banten menyebutnya Watu Gilang, yang berarti mengkilap atau berseri. Konon, saat ditaklukn Banten sejumlah Punggawa kerajaan Pajajaran meninggalkan Istana dan menetap di daerah menerapkan tata cara kehidupan Mandala yang ketat, dan sekarang mereka dikenal sebagai orang baduy mereka menyebut dirinya urang kanekes atau orang kanekes. Meski demikian, kebenaran asal muasal orang baduy sebagai bekas punggawa istana Pajajaran masih menjadi kontroversi. sumber ratna hapsari m adil. sejarah indonesia SMA/MA kelas X. ERLANGGA
ሀγθпрոφ ωмፔτед աсиኪኂбажራղУ ኘжաсеչι амθրСлεгуф ζ
ሳозоπе գωη ኒկοРуմаχետ ζуኑեδሢ звезеհех
ሄзըցаζу клюбևфխλΟκխдрոτеш εдωμеփ амυглекаσեΡоմէ мաсрեклελ
М ուպ ролዞнтОզαзвևթ жէՏисеր кեյискиሊ
И эርиյቱтукιշТጏռխ լиቱωщоኜ уςιгаመէχОдዔлеч ωчօյ рущоβοπо

Padatahun 1482, kerajaan Jayadewata yang pada saat itu memegang Baduga Sri Maharaja, mulai memerintah di pakuan pajajaran. Selanjutnya, nama Pakuan Pajajaran menjadi terkenal sebagai nama pemberian kerajaan. Pajajaran lahir pada tahun 1482, menurut otoritas Sri Baduga Maharaha, dan merupakan "pendirian" pertama di negara itu.

- Maulana Yusuf adalah raja kedua Kesultanan Banten yang berkuasa antara 1570-1580 M. Ia adalah putra mahkota yang naik takhta setelah ayahnya, Sultan Maulana Hasanuddin, wafat pada 1570 M. Selama satu dekade kekuasannya, Maulana Yusuf menitikberatkan perhatiannya pada pengembangan kota, keamanan wilayah, perdagangan dan pertanian, serta melanjutkan politik ekspansi satu pencapaian terbesarnya adalah menaklukkan Kerajaan Pajajaran pada 1579 M. Penaklukkan ini dilandasi oleh tekadnya untuk menyebarkan agama Islam hingga ke pedalaman Banten. Sejak saat itu, agama Islam semakin tersebar luas di Jawa Maulana Yusuf adalah putra Sultan Maulana Hasanuddin, raja pertama Kesultanan Banten, dan Ratu Ayu Kirana. Ia menikah dengan Ratu Hadijah dan mempunyai dua anak, yaitu Ratu Winaon dan Pangeran Muhammad. Pangeran Muhammad inilah yang nantinya meneruskan takhta dan menjadi raja ketiga Kesultanan Banten. Baca juga Kerajaan Banten Sejarah, Masa Kejayaan, Kemunduran, dan Peninggalan Masa pemerintahan Maulana Yusuf Sebagai upaya mengembangkan Banten menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan internasional, Sultan Maulana Yusuf memusatkan perhatiannya pada bidang ekonomi dan pertanian. Artikeldan Makalah perihal Kerajaan Tarumanegara: Sejarah, Peninggalan, Raja, Prasasti, Perkembangan, Sistem Politik, Militer, Ketatanegaraan, Runtuhnya, Kemunduran - Tarumanagara bangun sekitar masa ke-5 M di sekitar Bogor dan Bekasi, Jawa Barat.Rajanya yang populer berjulukan Purnawarman, seorang Indonesia. Fa-Hsien, seorang rahib Buddha dari Cina, menyebutkan adanya kerajaan To-lo-mo. Pada
Pakwan Pajajaran atau Pakuan atau Pajajaran adalah ibu kota dari Kerajaan Sunda yang pernah berdiri pada tahun 1030-1579 M di Tatar Pasundan, wilayah barat pulau Jawa. Pada masa lalu, di Asia Tenggara terdapat kebiasaan menyebut nama kerajaan dengan nama ibu kotanya, sehingga Kerajaan Sunda sering disebut sebagai Kerajaan Pajajaran. Menurut peta Portugis, lokasi Pajajaran berada di suatu wilayah yang saat ini merupakan bagian dari Bogor, Jawa Barat.[1] Sumber utama sejarah yang mengandung informasi mengenai kehidupan sehari-hari di Pajajaran dari abad ke-15 sampai awal abad ke-16 dapat ditemukan dalam naskah kuno Bujangga Manik. Nama tempat, kebudayaan, dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat pada masa itu digambarkan secara terperinci dalam naskah kuno tersebut.[2]

Selainhubungannya dengan Demak, kehidupan politik pada kala itu juga dipengaruhi oleh beberapa konflik. Konflik yang terjadi ada konflik internal dan menjadi vassal VOC. Pertama yang terjadi, dimulai dari keputusan Syarif Hidayatullah yang resmi melepaskan diri dari kerajaan Sunda tahun 1482.

Kerajaan Pajajaran atau disebut Kerajaan Sunda, merupakan Kerajaan bercorak agama Hindu. Letak Kerajaan Pajajaran di Parahyangan Sunda, dengan Ibu Kota di Pajajaran. Dikenal juga dengan sebutan Pakuan Pajajaran. Kata pakuan atau pakuwan berarti kota. Disebut Pakuan Pajajaran karena pada masa itu, orang Asia terbiasa menyebut kerajaan dengan nama ibu kotanya. Maka dari itu disebut Pakuan Pajajaran atau Kota Pajajaran. Kerajaan Sunda dibangun sejak tahun 923 oleh Sri Jayabuphati. Sedangkan Pakuan Pajajaran resmi diakui sebagai kerajaan saat Jayadewata naik tahta pada tahun 1482 dengan gelar Sri Baduga Maharaja. Sejarah Kerajaan Pajajaran banyak dikisahkan di banyak kitab cerita, pantun kisah babad, dan prasasti – prasasti peninggalan Kerajaan ini. Dan berakhir di tahun ini munus merangkum untuk Anak Nusantara, mengenai Sejarah Kerajaan Pajajaran, Letak nya, Silsilah Kerajaan , Masa Kejayaan Kerajaan Pajajaran dan masih banyak lagi. Mari simak artikel berikut Letak Kerajaan PajajaranSumber Sejarah Kerajaan PajajaranNaskah-NaskahPrasasti Sumber Sejarah Lain meliputiSejarah Kerajaan PajajaranSilsilah Kerajaan PajajaranMasa Kejayaan PajajaranRuntuhnya Kerajaan PajajaranPeninggalan Kerajaan PajajaranJika Anak Nusantara pernah ke daerah Bogor. Disitulah Letak Kerajaan Pajajaran, yang dulu merupakan sebuah daerah bernama Pakuan. Dikisahkan oleh Bujangga Malik, Letak Kerajaan dibatasi oleh Sungai Cimapali atau sekarang bernama Kali Pemali. Bagian barat adalah Selat Sunda. Bagian utara dibatasi Pantai Utara Jawa sampai Brebes, dan untuk wilayah selatan wilayahnya dibatasi oleh Laut Selatan atau Samudera Hindia. Artikel TerkaitIlustrasi Kerajaan Pajajaran pada Masa Jaya, foto oleh metropolitan,idCatatan Tome Pires juga mengisahkan bahwa Letak Kerajaan ini adalah seluruh wilayah jawa barat saat ini. Selain itu juga disebutkan letak Kerajaan Pajajaran juga meliputi wilayah Jawa Sejarah Kerajaan PajajaranSetiap kejayaan sebuah kerajaan tentunya memiliki peninggalan-peninggalan. Peninggalan tersebut tentunya menjadi sumber sejarah, termasuk kerajaan ini. Selain itu terdapat naskah-naskah kuno, dan sumber sumber lain. Adapaun sumber Sejarah Kerajaan Pajajaran antara lainNaskah-Naskah Babad Pajajaran Carita Parahiangan Carita Waruga Guru Carita Kidung SundayanaPrasasti Prasasti Batu Tulis, Bogor Prasasti Sanghyang Tapak, Sukabumi Prasasti Rakyan Juru Pengambat Prasasti Horren Prasasti AstanageneSumber Sejarah Lain meliputi Tugu Perjanjian Portugis, Kampung Tugu, Jakarta Taman Perburuan, sekarang menjadi Kebun Raya Bogor Berita asing dari Tome Pires 1513 Berita asing dari Pigafetta 1522Sejarah Kerajaan PajajaranSebelum kerajaan berdiri, terdapat beberapa kerajaan yang sudah ada di wilayah Jawa Barat. Seperti Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Galuh, dan Kerajaan Kawali. Kerajaan tersebut juga merupakan cikal bakal berdirinya Kerajaan sejarah kerajaan ini didirikan pada tahun 923 oleh Sri Jayabuphati sebagaimana tertulis di Prasasti Sang Hyang Tapak di desa Bantar Muncang dan Pancilakan dari melemahnya Kerajaan Majapahit, anggota kerajaan dan rakyatnya mengungsi ke Kerajaan Galuh, yang teletak di Kuningan, Jawa Barat, di masa pemerintahan Raja Dewa Niskala. Pada saat itu, Raja Dewa Niskala menerima dengan tangan terbuka para pengungsi Kerajaan Majapahit. Raja Dewa Niskala juga sempat jatuh cinta dan memperistri salah satu pengungsi dari rombongan Raden pernikahan Raja Dewa Niskala dengan pengungsi dari Kerajaan Majapahit mendapat penolakan dari Raja Susuktunggal, saudara kandungnya yang juga Raja Kerajaan Galuh. Karena Raja Dewa Niskala telah melanggar peratutan turun temurun yaitu dilarangnya pernikahan antara Orang Sunda-Galuh dilarang menikah dengan orang keturunan Majapahit. Terjadilah pertikaian antara Raja Dewa Niskala dan Raja kerajaan mendamaikan keduanya, dengan hasil kedua raja tersebut harus turun tahta, dan digantilah Jayadewata atau Prabu Siliwangi, putra dari Dewa Niskala dan menantu Susuktunggal. Akhirnya Jayadewata menyatukan kedua kerajaan menjadi Pajajaran. Sejak tahun 1475 lah Kerajaan Sunda ini resmi dibentuk. Silsilah Kerajaan PajajaranBerikut adalah silsilah Kerajaan Pajajaran dan sedikit penjelasannyaSri Baduga Maharaja 1482 – 1521, raja pertama Pajajaran, sekaligus pendiri kerajaan. Saat itu pusat pemerintahan berada di Pakuan. Meskipun menjadi raja pertama, beliau sudah bisa merengkuh kejayaan Pajajaran. Nama tenarnya adalah Prabu Siliwangi. Sang Prabu saat itu berhasil memakmurkan kehidupan kerajaan, salah satunya adalah dengan membangun jalan utama yang menghubungkan antara Pakuan dan Wanagiri. Beliau juga membuat Talaga Maharena Wijaya untuk pengairan pertanian 1521 – 1535, menjabat selama 14 tahun dan masih berpusat di Pakuan. Pada saat itu kejayaan kerajaan masih Dewata 1535 – 1543, hanya menjabat selama 8 tahun. Beliau masih dalam satu garis keturunan Baduga Maharaja. Selama kepemimpinannya sudah mulai timbul gejolak kejayaan kerajaan. Pemerintahannya mulai kacau, ditambah saat sedang kacau beliau malah memilih meninggalkan jabatanya menjadi Sakti, bertahta di Pakuan, 1543 – 1551. Beliau juga sangat sebentar menjabat menjadi raja. Selama pemerintahanya tidak terlihat pembaikan keadaan kerajaan. Sifat buruknya adalah menghambur-hamburkan kekayaan kerajaan dan bermain wanita. Ratu Nilakendra 1551-1567, Kerajaan mulai terlihat keruntuhannya. Diketahui saat masa jabatannya Ratu Nilakendra sempat kabur karena serangan dari Maulana, yaitu anak dari Sunan Gunung Jati. Silsilah Kerajaan yang terakhir, Raga Mulya 1567 – 1579, bertahta selama 12 tahun, dengan pusat di Pandeglang. Beliau dikenal dengan Prabu Surya Kencana. Sama seperti Ratu Nilakendra, Raga Mulya juga memiliki sifat buruk yang menonjol, sering sekali mabuk-mabukkan. Dari sifatnya itu membuat keadaan kerajaan semakin kacau. Tercatat Raga Mulya adalah Raja terakhir Pajajaran. Kerajaan ini berhasil ditaklukan oleh Maulana Yusuf dari Banten. Kemudian Maulana Yusuf sempat jadi raja,namun dengan atas nama kerajaan Sunda yang selanjutnya menjadi Kerajaan Kejayaan PajajaranBerbeda dengan kerajaan lain, yang berjaya pada kepemimpinan raja-raja kesekian. Masa Kejayaan Kerajaan Sunda ini justru kebalikannya. Selama kerajaan ini berdiri, masa jayanya adalah pada awal-awal dibangun. Yakni pada masa Sri Baduga Maharaja, atau Prabu Siliwangi. Beliau berhasil membawa Masa Kejayaan Pada Kerajaan Ini. Segala aspek beliau kembangkan, dari perekonomian, pertahanan, bahkan sampai aspek Siliwangi berhasil membuat talaga besar yang bernama Maharena Wijaya, mebangun jalan utama yang menghubungkan Ibukota Pakuan dan Wanagiri. Pemperkuat pertahanan kerajaan, membuat pertunjukan, menyusun undang-undang kerajaan. Dari segi spiritual beliau sengaja membuat sebuah desa khusus pendeta, ini bertujuan agar kehidupan beragama berjalan tersebut merupakan masa Kejayaan Kerajaan Pajajaran, yang tentunja membuat rakyatnya semakin nyaman dan Juga Kerajaan Banten Sejarah, Nama Raja, dan PeninggalanRuntuhnya Kerajaan PajajaranRuntuhnya Kerajaan ini disebabkan oleh serangan dari Kesultanan Banten pada tahun 1579. Berakhirnya kerajaan ini ditandai dengan diboyongnya singgahsana raja yang disebut Palangka Sriman Sriwacana, berupa batu berukuran 200x160x20 cm. Singgahsana ini dipindahkan dari Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan di Banten oleh pasukan Maulana ini dilakukan atas dasar tradisi politik, agar di Pakuan Pajajaran tidak ada penerus raja baru. Hal ini juga pertanda bahwa kekuasaan Sunda saat itu sudah berpindah tangan ke Maulana Yusuf sebagai pemegang kekuasaan tahta. Peninggalan Kerajaan PajajaranDari masa kejayaan sampai masa runtuhnya Kerajaan ini tentunya memiliki peninggalan-peninggalan sebagai bukti eksistensinya pada masa itu. Berikut Ini adalah rangkuman peninggalan Kerajaan Pajajaran berupa prasasti Prasasti Cikapundung, ditemukan tahun 2010, diduga berasal dari abad ke 14. Prasasti ini berisikan tulisan sunda kuno dan terdapat beberapa gambar telapak tangan, kaki dan wajah. Tulisan di prasasti peninggalan Kerajaan Pajajaran ini berarti, “Semua manusia di dunia ini dapat mengalami suatu apapun. Prasasti Huludayeuh, terletak di Kampung Huludayeuh, Desa Cikalahang, Kecamatan Sumber, Cirebon. Menceritakan kebijakan Sri Maharaja Ratu Haji di Pakwan Sya Sang Ratu Dewata untuk memakmurkan rakyatnya. Prasasti Pasir Datar, disimpan di Museum Nasional. Prasasti ini belum bisa diterjemahkan isinya karena kondisinya tidak utuh. Peninggalan Kerajaan Pajajaran ini ditemukan tahun 1872, di daerah Pasir Datar, Cisande, Perjanjian Sunda Portugis, ditemukan tahun 1918 di Jakarta. Dibuat untuk perjanjian antara Portugis dan Pajajaran, yang diwakili oleh Enrique Leme. Prasasti Ulubelu, ditemukan tahun 1936, di Lampung, daerah Ulubelu. Meskipun prasasti ini ditemukan di daerah Sumatera, diduga prasasti ini termasuk Peninggalan Kerajaan Pajajaran abad 15, karena terbukti menggunakan bahasa Sunda Kebon Kopi 2,tahun 932 M, ditemukan di dekat lokasi Prasasti Pasir Datar atau Prasasti Kebon Kopi 1. Ditemukan pada abad 19.
Pakuanberasal dari kata Pakuwuan dan berarti kota. Pada saat itu, orang-orang Asia Tenggara terbiasa menunjuk kerajaan dengan nama ibu kota. Beberapa catatan menunjukkan bahwa Kerajaan Pajajaran dibangun oleh Sri Jayabhupati pada 923 sebagai prasasti papan berjalan Sanghyang [1030 M]. Bantarmuncang, tepi Sungai Citatih, Cibadak, Sukabumi juga

Pada kesempatan kali ini artikel yang kami sajikan mengupas tentang kehidupan sosial – politik kerajaan Pajajaran. Bermula dari kehidupan masyarakat pajajaran pada saat itu yang beragam profesi, hingga raja-raja yang memerintah di kerajaan Pajajaran, puncak keemasan kerajaan Pajajaran sampai keruntuhan kerajaan Pajajaran. Kehidupan masyarakat Pajajaran dapat di golongan menjadi golongan seniman pemain gamelan, penari, dan badut, golongan petani, golongan perdagangan, golongan yang di anggap jahat tukang copet, tukang rampas, begal, maling, prampok, dll Kerajaan Pajajaran terletak di Jawa Barat, yang berkembang pada abad ke 8-16. Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Pajajaran, antara lain Sri Baduga Maharaja 1482 – 1521, bertahta di Pakuan Bogor sekarang Surawisesa 1521 – 1535, bertahta di Pakuan Ratu Dewata 1535 – 1543, bertahta di Pakuan Ratu Sakti 1543 – 1551, bertahta di Pakuan Ratu Nilakendra 1551-1567, meninggalkan Pakuan karena serangan Hasanudin dan anaknya, Maulana Yusuf Raga Mulya 1567 – 1579, dikenal sebagai Prabu Surya Kencana, memerintah dari PandeglangMaharaja Jayabhupati Haji-Ri-Sunda Rahyang Niskala Wastu Kencana Rahyang Dewa Niskala Rahyang Ningrat Kencana Sri Baduga MahaRaja Hyang Wuni Sora Ratu Samian Prabu Surawisesa dan Prabu Ratu Dewata. Prabu Siliwangi – Raja Pertama Kerajaan Pajajaran Kerajaan Pajajaran adalah sebuah kerajaan yang berjaya di abad ke-7 hingga abad ke-16 Masehi. Lokasi kerajaan ini tepatnya berada di wilayah Bogor, Jawa Barat. Selama berdiri, Kerajaan Pajajaran pernah dipimpin oleh 10 orang raja. Raja pertama yang juga pendiri Kerajaan Pajajaran adalah Prabu Siliwangi, yang dikenal dengan gelar Sri Baduga Maharaja. Prabu Siliwangi mendirikan Kerajaan Pajajaran pada tahun 1482. Terhitung sejak tanggal tersebut hingga 39 tahun setelahnya, ia menjadi raja pertama kerajaan di tanah parahyangan ini. Di tangannya, Kerajaan Pajajaran menjadi kerajaan yang makmur dan banyak menjalin kerja sama dengan kerajaan-kerajaan lain di nusantara. Sang Raja Pertama Kerajaan Pajajaran Nama “Prabu Siliwangi” sebenarnya bukan nama asli sang raja Kerajaan Pajajaran ini. Sebutan “Prabu Siliwangi” muncul karena pada saat itu masyarakat Kerajaan Pajajaran dilarang menyebut nama atau gelar raja mereka fakta ini tercatat dalam literatur Sunda. Konon, hanya orang Sunda dan orang Cirebon saja yang memanggilnya dengan julukan Prabu Siliwangi. Adapun nama aslinya tidak bagi sang raja pertama Kerajaan Pajajaran ini diambil dari nama kakeknya yang biasa disebut sebagai Prabu Wangi nama aslinya adalah Wastu Kancana. Penggunaan nama yang serupa ini berarti bahwa Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi dianggap memunyai kekuasaan yang setara dengan kakeknya, Prabu Wangi atau Wastu Kancana. Di masa mudanya, Prabu Siliwangi sang pendiri Kerajaan Pajajaran dikenal sebagai seorang ksatria yang tangguh, tangkas, dan berani. Ia pernah menikahi seorang puteri bernama Nyai Amberkasih, tetapi kemudian ia menikahi Nyi Subanglarang yang beragama Islam. Dari istri keduanya inilah Prabu Siliwangi mendapatkan dua orang anak Prabu Anom Walangsungsang dan Nyi Mas Rarasantang. Setelah menjadi Sri Baduga Maharaja Kerajaan Pajajaran, ia kemudian menikahi Nyai Kentring Manik Mayang Sunda, seorang puteri Kerajaan Galuh. Dengan demikian, pernikahan ini membuka jalan bagi bersatunya dua kerajaan di Jawa Barat, yakni Kerajaan Galuh dan Kerajaan Pajajaran. Sesungguhnya dahulu, kedua kerajaan ini adalah satu kerajaan warisan Wastu Kancana. Akan tetapi sehubungan dengan pertikaian antar-anggota kerajaan, kerajaan ini pun terpecah dua. Di akhir masa kepemimpinannya, sang raja Kerajaan Pajajaran ini konon melakukan moksa, menghilang secara gaib. Isu ini berkembang karena tidak ditemukannya pusara Prabu Siliwangi. Beberapa sumber mengatakan bahwa Prabu Siliwangi menolak untuk menganut agama Islam yang saat itu sedang berkembang di wilayah Kerajaan Pajajaran dan mengasingkan diri ke Gunung Gede. Di sanalah ia moksa. Akan tetapi, sumber-sumber lain mengatakan bahwa Prabu Siliwangi tidaklah moksa, dan pusara yang ada di Situs Rancamaya adalah pusara sang Sri Baduga Maharaja. Puncak Kejayaan/ Keemasan Kerajaan Pajajaran Kerajaan Pajajaran pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja mengalami masa keemasan. Alasan ini pula yang banyak diingat dan dituturkan masyarakat Jawa Barat, seolah-olah Sri Baduga atau Siliwangi adalah Raja yang tak pernah purna, senantiasa hidup abadi dihati dan pikiran masyarakat. Pembangunan Pajajaran di masa Sri Baduga menyangkut seluruh aspek kehidupan. Tentang pembangunan spiritual dikisahkan dalam Carita Parahyangan. Sang Maharaja membuat karya besar, yaitu ; membuat talaga besar yang bernama Maharena Wijaya, membuat jalan yang menuju ke ibukota Pakuan dan Wanagiri. Ia memperteguh pertahanan ibu kota, memberikan desa perdikan kepada semua pendeta dan pengikutnya untuk menggairahkan kegiatan agama yang menjadi penuntun kehidupan rakyat. Kemudian membuat Kabinihajian kaputren, kesatriaan asrama prajurit, pagelaran bermacam-macam formasi tempur, pamingtonan tempat pertunjukan, memperkuat angkatan perang, mengatur pemungutan upeti dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-undang kerajaan. Pembangunan yang bersifat material tersebut terlacak pula didalam Prasasti Kabantenan dan Batutulis, di kisahkan para Juru Pantun dan penulis Babad, saat ini masih bisa terjejaki, namun tak kurang yang musnah termakan jaman. Dari kedua Prasasti serta Cerita Pantun dan Kisah-kisah Babad tersebut diketahui bahwa Sri Baduga telah memerintahkan untuk membuat wilayah perdikan; membuat Talaga Maharena Wijaya; memperteguh ibu kota; membuat Kabinihajian, kesatriaan, pagelaran, pamingtonan, memperkuat angkatan perang, mengatur pemungutan upeti dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-undang kerajaan. Keruntuhan Kerajaan Pajajaran Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajaan Sunda lainnya, yaitu Kesultanan Banten. Berakhirnya zaman Pajajaran ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana singgahsana raja, dari Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Batu berukuran 200x160x20 cm itu diboyong ke Banten karena tradisi politik agar di Pakuan Pajajaran tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru, dan menandakan Maulana Yusuf adalah penerus kekuasaan Sunda yang sah karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga Maharaja. Palangka Sriman Sriwacana tersebut saat ini bisa ditemukan di depan bekas Keraton Surosowan di Banten. Masyarakat Banten menyebutnya Watu Gilang, berarti mengkilap atau berseri, sama artinya dengan kata Sriman. Saat itu diperkirakan terdapat sejumlah punggawa istana yang meninggalkan kraton lalu menetap di wilayah yang mereka namakan Cibeo Lebak Banten. Mereka menerapkan tata cara kehidupan lama yang ketat, dan sekarang mereka dikenal sebagai orang Baduy.

Assalammualaikum Selamat datang di Kelas IPS. Disini Ibu Guru akan membahas tentang pelajaran Sejarah yaitu Tentang "Kerajaan Banten". Berikut dibawah ini penjelasannya: Sejarah Kerajaan Banten Pada tahun 1522 Jorge d' Albuquerque, Gubernur Portugis di Malaka, mengirim Henrique menemui Raja Samiam di Sunda untuk mengadakan perjanjian dagang dengannya. Pada tanggal 21 Agustus kesepakatan

Kehidupan Ekonomi, Sosial Budaya dan Politik Kerajaan PajangKehidupan Ekonomi Kerajaan PajangPada masa kekuasaan Kerajaan Pajang, Sultan Hadiwijaya memindahkan wilayah kekuasaannya dari pesisir ke daerah pedalaman yaitu di daerah Pajang. Peralihan pusat kekuasaan ini menyebabkan berubahnya corak kehidupan masyarakatnya dari maritim menjadi Kerajaan Pajang mengandalkan pada sektor pertanian hal ini ditunjang dengan keadaan tanah di Kerajaan Pajang sangat ini merupakan triple junction antara kali Pepe, kali Dengkeng dan sungai Bengawan Solo. Kali Pepe dan kali Dengkeng memiliki muara mata air dari Merapi, sedangkan sungai Bengawan Solo memiliki muara mata air yang berasal dari Gunung demikian, Kerajaan Pajang mengalami kemajuan di bidang pertanian. Bahkan sempat menjadi lumbung beras selama abad ke- 16 sampai 17. Irigasi persawahan berjalan lancar dan cukup untuk satu tahun berkat aliran air dari kali Pepe, kali Dengkeng, dan sungai Bengawan Solo sehingga hasil pertanian di Pajang melimpah Dede Maulana, 2015 37.Namun, masyarakat Pajang memiliki kelemahan dalam bidang perdagangan sebab letak Kerajaan Pajang yang berada di pedalaman serta masyarakat Pajang yang kurang menguasai perdagangan yang berbasis laut. Padahal saat itu perdagangan di laut sedang populer, Kerajaan Pajang menjadi tertinggal dengan kerajaan lain di bidang ekonomi ini membuat perekonomian Pajang sedikit berantakan tetapi Hadiwijaya mengatasi hal itu dengan pengembangan komoditas seni-budaya yang sosfistikasi, dapat dilihat dari adanya kampung batik Sosial Budaya Kerajaan PajangKerajaan Pajang merupakan kerajaan islam yang masih menganut beberapa tradisi hindu dan jawa. Penduduk Pajang kala itu juga tetap melakukan tradisi-tradisi yang sudah ada sejak zaman nenek moyang budaya yang terjadi antara agama islam dengan hindu pun sangat terlihat. Salah satunya dapat dilihat pada bentuk arsitektur Masjid Laweyan yang mirip dengan bentuk Kelenteng ini mendapat pengaruh yang kuat dari kebudayaan hindu-jawa. Letak masjid yang berada di atas bahu jalan merupakan salah satu ciri dari pura hindu. Memang dulunya Masjid Laweyan adalah bekas pura hindu yang dipimpin seorang biksu, namun seiring dengan banyak masyarakat yang memeluk islam lalu oleh Sultan Hadiwijaya bangunan tersebut diubah menjadi masjid Dede Maulana, 2015 40.Dalam kehidupan agamanya, ajaran Islam Kejawen berkembang pesat di Kerajaan Pajang. Sultan Hadiwijaya membuka kesempatan untuk masuknya aliran Islam Kejawen yang sebelumnya dilarang di Kerajaan Pajang merupakan kerajaan Islam, namun corak yang berkembang berbeda, aliran tauhid murni bergeser ke pinggir. Sedangkan penganut kejawen mulai mendapatkan tempatnya disini. Penyebabnya adalah Sultan Hadiwijaya, selaku raja di Kerajaan Pajang merupakan panata gama Khalifatullah tanah Jawa yang menganut Manunggaling Kawula Hadiwijaya secara tegas menyatakan bahwa Ki Ageng Tingkir sebagai gurunya, adalah pengikut ajaran Syekh Siti Jenar. Demikian juga, Ki Ageng Pemanahan, yang nantinya akan mendirikan Kerajaan Mataram adalah penganut Manunggaling Kawula Gusii, menurut paham itu Tuhan bersemayam dalam diri manusia hakikatnya berasal dari hanyalah gambaran nyata dari Tuhan Yang Maha Ghaib, pencipta alam semesta. Ajaran Islam yang diajarkan oleh Syekh Siti Jenar ini melahirkan juga ajaran yang ditulis, berupa suluk dan pedalaman masih menerima agama islam hanya untuk abon – aboning ngaurip atau sebagai kelengkapan hidup saja. Aliran ini dihidupkan kembali sejak kekuasaan Pajang hingga Pajang masih bernuansa islam namun adat istiadat masih dipertahankan. Seperti adat walon, yakni tata krama yang diberikan sejak kasatupan, pendidikan pribadi yang ditempuh dengan melalui cara tertentu meliputi ngelmu jaya kawijayan yaitu pendidikan yang tujuannya untuk mendapat kesaktian dengan bertapa, berpuasa dan ada ngelmu pengawikan, yakni pendidikan yang tujuannya untuk menguasai berbagai ilmu seperti ilmu tentan atau menjinakkan binatang dan benda juga ngelmu kasantikan, yakni, pendidikan yang tujuannya untuk memiliki kebijaksanaan dan kesempurnan hidup. Demikianlah ajaran Islam Kejawen berkembang di Kesultanan Hadiwijaya Laili Affidah, 2011 60&71.Kehidupan Politik Kerajaan PajangKerajaan Pajang merupakan kerajaan yang berpusat di Jawa Tengah sebagai lanjutan dari Kerajaan pertamanya bernama Jaka Tingkir yang bergelar Sultan Hadiwijaya mewarisi Demak karena faktor politik serta berdasarkan garis keturunan yang masih memiliki darah dari raja itu, Sultan Hadiwijaya juga merupakan menantu dari Sultan Trenggono raja ke-3 Demak. Pada awal berdirinya tahun 1549, kekuasaan Kerajaan Pajang hanya Jawa Tengah saja karena di Jawa Timur sudah banyak wilayah yang melepaskan diri sejak Sultan Trenggono Hadiwijaya dan Adipati Jawa Timut dipertemukan oleh Sunan Prapen di Giri Kedaton pada tahun 1568. Dalam pertemuan itu, para adipati sepakat untuk mengakui kedaulatan Kerajaan Pajang atas wilayah di Jawa Panji Wiryakama dinikahkan dengan putri Sultan Hadiwijaya sebagai ikatan politik. Sultan Hadiwijaya semakin memperluas wilayah kekuasaannya, ia berhasil menguasai yang bernama Raden Pratanu atau Panembahan Lemah Dhuwur juga dijadikan menantu oleh Hadiwijaya Laili Affidah, 2011 50.Setelah sepeninggal Sultan Hadiwijaya pada 1587, Kerajaan Pajang digantikan oleh Arya Pengiri anak dari Sunan Prawoto, sultan Demak yang terbunuh akibat konflik dengan Arya kepemimpinan Arya Pengiri tidak terlalu bijaksana, ia disibukkan dengan balas dendam dan ingin melakukan penaklukan terhadap Mataram sehingga kesejahteraan rakyat ini membuat Pangeran Benawa, putra dari Sultan Hadiwijaya yang berada di Jipang merasa prihatin. Pangeran Benawa juga merasa tidak puas karena berada di lingkungan asing yaitu Jipang padahal ia seharusnya menjadi putra mahkota di Kerajaan lalu bersekutu dengan Sutawijaya, penguasa Mataram untuk menyerbu Pajang, terjadi pertempuran singkat antara kerajaan pajang dengan mataram dan jipang. Lalu, Arya Pengiri kalah dan kekuasaan Pajang beralih kepada Pangeran Benawa yang dalam memerintah didampingi oleh Benawa hanya berlangsung sekitar satu tahun saja, setelah itu ia wafat atau menurut cerita tutur lain ia meninggalkan Pajang untuk membaktian diri pada agama di Parakan De Graaf, 1985 212-213.Setelah kepemimpinan Benawa, tidak ada putra mahkota yang menggantikannya sehingga Pajang berangsur-angsur menjadi wilayah bawahan Mataram yang saat itu kekuasaannya sudah cukup kuat Alifah, 2010 95.Setelah Kerajaan Pajang menjadi bawahan Kerajaan Mataram. Pajang diperintah oleh bupati yaitu Gagak Bening dan Pangeran Benawa II. Setelah pemerintahan Pangeran Benawa, Pajang diperintah oleh Gagak Bening yang merupakan seorang Pangeran Mataram adik dari Sutawijaya. Dalam pemerintahanya ia melakukan banyak perombakan dan perluasan pemerintahan digantikan oleh Pangeran Benawa II yang merupakan cucu dari Sultan Hadiwijaya.
Kehidupanpolitik pemerintaha Banten di tandai adanya konsolidasi pemerintahan terutama pada masa awal berdirinya kerajaan. Dibawah pemerintahan Maulana yusuf wilayah Banten di perluas kehampir seluruh wilayah Jawa Barat. c. Masa Kejayaan kecuali dari kerajaan Pajajaran. Terdapat dua faktor penting yang bisa digunakan sebagai alasan untuk
Kerajaan Pajajaran merupakan salah satu kerajaan hindu besar yang pernah berdiri di Jawa Barat. Menurut catatan Prasasti Sanghyang Tapak, kerajaan ini didirikan oleh Sri Jayabhupati pada tahun 923 Masehi. Kisah sejarah tentang Kerajaan Pajajaran begitu istimewa karena menjadi cikal bakal munjulnya wilayah Bandung dan sekitarnya. Dimana ketika itu, puncak kejayaan Pajajaran berhasil diwujudkan oleh Prabu Siliwangi pada tahun 1482 sampai 1521 Masehi. Lalu seperti apa kisah sejarah lengkap tentang Kerajaan Pajajaran dan peninggalannya yang masih tersisa sampai sekarang? Berikut ini ulasannya. BACA JUGA Kerajaan Kutai Sejarah, Raja, Masa Kejayaan & Peninggalan Awal kemunculan Kerajaan Pajajaran Sejarah Cirebon Kisah Kerajaan Pajajaran tidak bisa lepas dari sejumlah kerajaan kecil yang bergabung menjadi satu. Menurut sejarah, ada empat kerajaan seperti Tarumanegara, Kerajaan Sunda, Kerajaan Kawali dan Galuh yang jadi cikal bakal kerajaan ini. Kemunculan Kerajaan Pajajaran juga tak lepas dari usaha kerajaan kecil di kawasan Pasundan yang tak ingin bertekuklutut pada Kerajaan Majapahit yang jadi salah satu kerajaan terbesar kala itu. Berdasarkan catatan dari Rouffer dalam sebuah buku berjudul Ecyclopedia van Niederlandsh Indie stibe edition, lambang dari Raja Pajajaran menunjukkan adanya kesetaraan dengan Majapahit. Pada sejumlah kisah kuno, nama Pajajaran sendiri disebut memiliki hubungan dengan wilayah di Negeri Sunda yang memiliki banyak pohon Pakujajar. Keberadaan pohon paku yang banyak tumbuh di sekitar kerajaan juga dikuatkan dengan cerita dari Naskah Wara Guru. Tidak heran, Kerajaan Pajajan memiliki sejumlah nama lain seperti Negeri Sunda, Pasundan, sampai Pakuan Pajajaran. Letak pertama kerajaan dan pendirinya Good News from Indonesia Kerajaan Pajajaran terletak di kawasan Pakuan yang kini dikenal sebagai Bogor, Jawa Barat. Wiayah ini juga menjadi pusat ibukota dan ekonomi kerajaan setelah sebelumnya jadi salah satu wilayah kekusaan Tarumanegara yang akhirnya runtuh. Pendiri awal Kerajaan Pajajaran sempat menjadi perdebatan karena kerajaan ini terbentuk karena adanya pemberontakan di Kerajaan Galu, Tarumanegara, dan juga Kawali. Salah satu menantu Raja Tarumanegara saat itu, Tarusbawa akhirnya melaukan inisiasi untuk membentuk sebuah pemerintahan baru dibawah nama Pajajaran dengan mengajak kerajaan kecil tersebut. Namun, menurut catatan Prasasti Sanghyang Tapak, pendiri pertama Pajajaran adalah Sri Jayabhupati. Kisah tentang Sri Jayabhupati juga lebih populer dibandingkan kisah Tarusbawa. Kerajaan pajajaran berdiri pada tahun 923 Masehi dimana saat itu ajaran Hindu dan Buddha banyak tersebar di wilayah Jawa. Tidak heran, Kerajaan Pajajaran bercorak agama Hindu dan ini dikuatkan dengan sejumlah prasasti yang berupa tugu serta candi-candi kecil. Sejarah kehidupan Pajajaran The Asian Parent Kehidupan di dalam Pajajaran hampir sama dengan kerajaan-kerajaan lain. Sebagai sebuah kerajaan besar yang berkuasa di wilayah barat Jawa, Pajajaran memiliki histori politik, ekonomi, dan sosial yang begitu kuat. Berikut ini ulasan singkatnya. Kehidupan politik Pada masa pemerintahan Kerajaan Pajajaran, sistem politik yang digunakan adalah feodal. Dimana puncak kekuasaan dan keputusan tertinggi dipegang oleh sosok yang memiliki gelar prabu atau raja. Posisi selanjutnya diisi oleh putra mahkota dan golongan mangkubumi seperti mantara, wado dan syahbandar. Kelompok mangkubumi sendiri tidak tinggal di pusat kerajaan karena diberi kekuasaan di daerah Pajajaran. Mereka diberi tanggung jawab untuk mengatur dan mengelola masyarakat sehingga ekonomi kerajaan bisa terpenuhi. Kehidupan ekonomi Kerajaan Pajajaran dikenal memiliki kekuatan ekonomi yang kuat. Hal ini tak lepas dari kemampuan agraris Pajajaran sangat maksimal karena terbantu oleh wilayah tanah yang subur. Selain itu, posisi Kerajaan Pajajaran juga cukup strategis karena memiliki cakupan wilayah yang berada di pesisir pantai. Hal ini membuat wilayah perdagangan Kerajaan Pajajaran menjadi sangat luas dan bisa melakuka kerjasama dengan pedagang dari luar wilayah secara mudah. Kehidupan sosial Kehidupan sosial masyarakat di Pajajaran masih menggunakan sistem kasta. Dimana pembagian kasta menerapkan konsep dari agama Hindu Saiwa yang banyak dianut oleh para raja kala itu. Sejumlah lapisan kasta juga dibuat berdasarkan kemampuan profesi yang dimiliki oleh masyarakat. Beberapa klasifikasi itu ada Pahuma, orang yang bekerja sebagai petani di ladang miliknya sendiri. Lalu ada Palika, merupakan kasta dari kelas nelayan yang ada di pesisir pantai. Selanjutnya ada Marangguy, kasta untuk orang-orang yang bekerja sebagai seorang pengukir. Pada awalnya, Kerajaan Pajajaran agama didominasi Hindu dan Budha. Tetapi di akhir keruntuhan kerajaan ini, ajaran Islam mulai masuk karena dibawa oleh Kesultanan Banten. BACA JUGA Perang Sampit Sejarah, Konflik, dan Penyelesaiannya Silsilah Raja Pajajaran Cyber88 Sejarah Kerajaan Pajajaran yang begitu panjang tidak bisa lepas dari begitu banyaknya raja yang memimpin kerajaan ini. Selain Raja Sri Jayabhupati yang memerintah dari tahun 923 Masehi sampai 1482 Masehi, ada beberapa nama raja Kerajaan Pajajaran yang wajib diketahui. Sri Baduga Maharaja. Sri Baduga Maharaja memerintah Pajajaran sejak 1482 Masehi sampai 1521 Masehi. Sosok raja satu ini begitu populer karena kharisma dan kemampuannya sebagai raja yang sangat luar biasa. Sri Baduga juga dikenal sebagai Prabu Siliwangi karena kemampuannya yang begitu hebat dalam memperluas wilayah kekuasaan Pajajaran. Surawisesa Surawisesa merupakan penerus Prabu Siliwangi dalam memerintah Pajajaran. Sayangnya, jabatannya ini berlangsung cepat karena tampu kekuasaannya hanya bertahan dari tahun 1521 sampai 1535 Masehi. Tak banyak prestasi yang berhasil ditorehkan oleh Surawisesa hingga akhirnya dia digantikan. Ratu Dewata Setelah era Surawisesa berakhir, Ratu Dewata akhirnya naik tahta pada tahun 1535 dan memimpin Pajajran hingga 1543 Masehi. Selama 8 tahun memimpin Negeri Sunda, terjadi banyak kekacauan karena ketidakmampuannya dalam memimpin sebuah kerajaan besar. DIa akhirnya mundur dari jabatannya dan memilih untuk menjadi pendeta. Ratu Sakti Ratu Sakti memimpin Pajajaran dari tahun 1543 sampai 1551 Masehi. Tetapi, raja satu ini banyak dibenci karena pemerintahannya yang korup dan boros. Rakyat pun banyak yang tidak menyukai Ratu Sakti hingga akhirnya dia turun takhta. Ratu Nilakendra Selanjutnya ada Ratu Nilakendra atau Milakendra yang memimpin Pajajaran. Dia menjabat sejak tahun 1551-1567 Masehi. Sayangnya, kepemimpinan NIlakendra jadi yang terburuk dibanding para pendahulunya. Ketidakmampuan Nilakendra dalam memimpin jadi awal mula keruntuhan Pajajaran karena saat itu dirinya mendapatkan serangan dari Hassanudin yang berasal dari Kesultanan Banten. Alih-alih melawan, Nilakendra malah kabur dan melepas kekuasaan Pakuan ke tangan musuh. Raga Mulya Raja terakhir yang jadi saksi sejarah Pajajaran adalah Raga Mulya. Sejak serangan Hassanudin, pusat pemerintahan Pajajaran memang berpindah dari Pakuan ke Pandeglang. Sayangnya tak banyak keputusan yang diambil Raga Mulya hingga akhirnya Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579. BACA JUGA Kerajaan Sriwijaya Sejarah, Raja, Masa Kejayaan & Keruntuhan Merdeka Kejayaan Kerajaan Pajajaran memang tak bisa lepas dari sosok Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi. Berbagai langkah strategis dan kebijakan pembangunan saat itu diambil oleh Prabu Siliwangi guna bisa meningkatkan kehidupan rakyatnya. Apa yang dilakukan Prabu Siliwangi juga membuat masyarakat hidup teratur dan tentram. Hal ini membuat perekonomian Pajajaran sangat baik dan bisa bersaing dengan kerajaan besar lainnya. Ada satu kebijakan politik dari Prabu Siliwangi yang sangat membuat rakyat terkesan, yakni saat dirinya mencabut aturan 4 macam pajak yang membebani rakyat. Prabu Siliwangi juga membuat kesetaraan dalam kehidupan sosial masyarakat berjalan dengan baik sehingga tidak ada perpecahan di kasta terendah. Selama memimpin, Kerajaan Silingawi juga disegani oleh kerajaan lain. Bahkan, pemerintah Portigus saat itu tak berani menyerang karena Kerajaan Siliwangi memiliki 100 ribu prajutir dan 40 ekor pasukan gajah. Keruntuhan Kerajaan Pajajaran Toriqa Keruntuhan Kerajaan Pajajaran tak bisa dihindari lagi saat Kesultanan Banten melakukan penyerangan pada tahun 1579. Raja Raga Mulya yang memimpin saat itu pun harus menyerah ditangan Maulana Yusuf. Tanda keruntuhan Kerajaan Pajajaran ini ditandai dengan dibawanya Palangka Sriman Sriwacana singgasana raja dari Pandeglang menuju Surasowan di Banten. Pemindahan singgasana yang terbuat dari batu itu jadi tradisi politik karena membuat Pajajaran tidak lagi bisa memiliki raja baru untuk dinobatkan. Perebutan kekuasaan ini juga didasari darah kerajaan yang mengalir dalam diri Maulana Yusuf. Dia yang merupakan buyut dari Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi mengklaim memiliki hak untuk menjadi penerus Pajajaran. Semenjak saat itu, seluruh kehidupan masyarakat Pajajaran berubah karena masuknya ajaran agama Islam yang dibawa Maulana Yusuf. Peristiwa perebutan dan pemindahan kekuasaan ini juga yang menjadi awal mula munculnya suku Baduy di Jawa Barat. Peninggalan Sebuah kerajaan biasanya memiliki banyak peninggalan sebagai bukti sejarah bahwa mereka pernah berdiri di dunia ini. Kerajaan Pajajaran pun memiliki sejumlah bukti bahwa mereka pernah eksis dan menjadi sejarah kerajaan besar di Pulau Jawa. Setidaknya ada 3 prasasti besar yang ditinggalkan Pajajaran seperti berikut ini 1. Prasasti Pasir Datar Ilmusaku Peninggalan pertama yang jadi bukti keberadaan Pajajaran adalah Prasasti Pasir Datar. Pasasti ini ditemukan pada tahun 1872 di daerah Cisande, Pasir Datar. Kini prasasti ini di simpan dalam Museum Nasional Jakarta dan dianggap sebagai koleksi barang bersejarah. 2. Prasasti Ulubelu Abangnji Bukti Pajajaran sempat memperluas wilayah kekuasaannya sampai tanah Sumatera adalah saat ditemukan Prasasti Ulubelu di Lampung. Prasasti ini ditemukan sekitar tahun 1936. Dalam prasasti ini ditemukan sejumlah bukti ajaran Hindu seperti mantra Dewa Wisnu, Brahma dan Siwa. 3. Komplek Makom Keramat NU Online Peninggalan Kerajaan Pajajaran selanjutnya adalah makam dari Ratu Galuh Mangkualam di kawasan Kebun Raya Bogor. Galuh sendiri dikabarkan adalah istri kedua Prabu Siliwangi. Usia makam tersebut kini telah mancpai 600 tahun dan masih bertahan. Selain tiga peninggalan besar di atas, ada beberapa prasasti lain juga menjadi bukti bahwa Pajajaran pernah berdiri seperti Carita Parahyangan Carita Waruga Guru Prasati Batu Tulis di Bogor Prasasti Sanghyang Tapak di Sukabumi Prasasti Kawali di Ciamis Tugu Perjanjian Portugis dan Kisah Babad Pajajaran Demikian sejarah Kerajaan Siliwangi lengkap dengan silsilah raja serta peninggalannya. Keberadaan Pajajaran sendiri menjadi bukti bahwa masyarakat Sunda sudah ada sejak lama dan jadi salah satu keberagaman budaya dan sejarah tanah air. Sedulur yang membutuhkan sembako, bisa membeli di Aplikasi Super lho! Sedulur akan mendapatkan harga yang lebih murah dan kemudahan belanja hanya lewat ponsel. Yuk unduh aplikasinya di sini sekarang.
Pada1579 Banten berhasil menyerang dan menghacurkan kerajaan Sunda. Pasca perang besar dengan Pajajaran, Kesultanan Banten merebut sisa-sisa kerajaan Sunda tersebut dan menjadikannya beragama Islam. Raja Sunda terakhir, Prabu Suryakancana, tampaknya enggan memeluk Islam dan memilih meninggalkan ibu kota tetapi meninggal dalam pelarian.
Asal usul dan Sejarah Singkat Kerajaan Pajajaran Kerajaan Pajajaran dijalankan dalam pemerintahan di era Hindu-Budha. Keberadaannya banyak diceritakan kembali dalam sebuah naskah kuno. Banyak yang menyebutnya sebagai Negeri Sunda atau Pasundan karena letak Ibu Kotanya yang berada di Bogor. Beberapa menyebutnya dengan Pakuan Pajajaran, yang mana terdapat beberapa arti yang menjelaskan maksud penamaan tersebut. Pada sebuah Naskah Wara Guru dijelaskan bahwa Pakuan padjajaran disandarkan atas dasar keadaan tempat yang banyak dijumpai pohon Pakujajar. Beberapa sumber lain juga menegaskan bahwa sebutan tersebut ada kaitannya dengan keberadaan tumbuhan paku yang banyak tumbuh di sekitarnya. Dengan pemaknaan utuh berarti pohon paku yang berjajar. Sedangkan sumber lain yang dituliskan oleh Rouffer dalam sebuah buku Ecyclopedie van Niederlandsh Indie edisi stibe, bahwa penamaannya disandarkan pada lambang dari pribadi raja yang memimpin pada saat itu. Dikatakan bahwa Hal ini i juga dapat diartikan bahwa Kerajaan Pajajaran dapat berdiri sejajar dengan Majapahit, kerajaan terbesar saat itu. Dalam sejarah berdirinya terdapat kerajaan terdahulu yang menjadi cikal bakal terbentuknya yaitu Tarumanegara, kerajaan Sunda, Kawali dan juga Galuh. Dikatakan bahwa pemerintahan yang berlangsung merupakan lanjutan dari kekuasaan sebelumnya. Berbagai jejak sejarah lainnya bisa ditemukan dalam peninggalan prasasti terkait ataupun naskah kuno yang ada. Secara geografis letak Kerajaan Pajajaran berada di wilayah Jawa Barat dengan Bogor sebagai ibu kotanya. Sebelumnya diketahui bahwa tempat berdirinya adalah lokasi dari ibu kota kerajaan Sunda yang sempat memerintah. Sekitar tahun 923-1579 Masehi diketahui sebagai masa pembangunannya. Sebelumnya diketahui sebagai bekas wilayah administratif di bawah kekuasaan Tarumanegara. Pendirinya bernama Tarusbawa, dimana merupakan menantu dari Raja Tarumanegara. Pendiriannya diinisiasi karena adanya pemberontakan penguasa Kerajaan Galu yang memutuskan untuk berpisah dan membentuk pemerintahannya sendiri. Sedangkan untuk wilayah kekuasaannya pada saat itu meliputi beberapa daerah di Jawa Tengah , Jakarta, dan juga Jawa Barat. Kehidupan Kerajaan Pajajaran 1. Kehidupan Politik Kerajaan Pajajaran Pada masa pemerintahan Kerajaan Pajajaran sistem politik yang digunakan adalah feudal. Dimana susunannya terdiri atas puncak tertinggi dipegang oleh seorang dengan gelar Prabu atau raja. Kemudian di posisi kedua diduduki oleh seorang yang bergelar Putra Mahkota. Sedangkan pada lapisan politik pemerintahan selanjutnya ditempati oleh golongan mangkubumi, disusul mantra, Wado, dan Syahbandar. Pada proses pengelolaan dan pengaturan pemerintahannya dilakukan dengan penunjukkan seorang kepala daerah oleh Raja yang berkuasa pada saat itu. Dimana tugasnya yaitu mengurusi segala keperluan dan juga kendala yang terjadi pada tataran daerah-daerah di bawah kekuasaannya. Pertanggungjawaban akan kinerja dari kepala daerah yang telah ditunjuk disampaikan kepada golongan Mangkubumi serta Raja. 2. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Pajajaran Kehidupan ekonomi pada zaman tersebut bergantung pada kegiatan agrarisnya. Kondisi tersebut didasarkan pada keadaan wilayah di sekitar kerajaan yang memiliki karakteristik dari tanah-tanah subur dan cocok untuk aktivitas pertanian serta peternakan. Namun, sebagian wilayahnya yang terletak di daerah pesisir memiliki kecenderungan berbeda dari wilayah sebelumnya yaitu lebih kepada sektor maritimnya serta beberapa sektor perdagangannya. Jual beli barang dilakukan dengan pulau-pulau terdekat dengan area tersebut untuk menyokong kehidupan ekonominya. Begitulah gambaran dari perekonomian pada masa Kerajaan Pajajaran. 3. Kehidupan Sosial Kerajaan Pajajaran Sedangkan gambaran sosial kehidupan pada masa itu ditandai dengan adanya suatu sistem pelapisan masyarakat melalui fungsi dasar dari suatu kelompok tersebut. Dimana yang dimaksudkan dalam hal ini adalah lebih cenderung pada profesi utama yang dimiliki oleh kalangan tersebut dalam pemenuhan kebutuhannya. Sehingga bisa diklasifikasikan menjadi kelompok Pahuma yaitu orang yang menjadi seorang petani di ladang milik pribadinya. Kemudian ada Palika yang merupakan lapisan masyarakat dengan profesi atau fungsi sosial sebagai seorang nelayan. Marangguy, status atau sebutan yang diberikan untuk pengukir, sedangkan masih banyak lagi lainnya seperti prajurit dan juga pandita yaitu seorang pemuka agama. 4. Kehidupan Agama Kerajaan Pajajaran Agama secara umum yang dianut pada masa kerajaan ini adalah Hindu Saiwa, dimana di dalamnya terdapat penganut utama yaitu Raja-Raja. Dewa yang dipercaya sebagai Tuhan dan disembah pada kepercayaan ini adalah Siwa dengan penempatan paling tinggi. Rekam jejak akan aktivitas keagamaan terkait telah terbaca dalam sebuah prasasti peninggalannya yaitu Kawali, dan Sahyang Tapak. Selain Hindu saiwa juga terdapat juga terdapat agama Hindu Waismawa dan juga Budha. Dimana ketiganya berjalan beriringan. Raja sebagai penganut Hindu Saiwa tetap memberikan ruang untuk menjalankan kehidupan dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakatnya yang berbeda kepercayaan. Sikap toleransi yang ditanamkan atas perbedaan tersebut dijunjung tinggi dalam penerapannya. 5. Kehidupan Budaya Kerajaan Pajajaran Terkait dengan kehidupan budayanya tentunya sangat dipengaruhi oleh kepercayaan yang dianut oleh raja dan masyarakatnya secara mayoritas yaitu Hindu. Setiap aspek kehidupannya selalu tidak pernah terlepas dari nilai-nilai yang dalam ajaran agama tersebut. Sistem sosial dan juga perkembangan kebudayaan yang adapun tak luput dari keberadaannya. Mulai dari bahasa, tulisan, hingga beberapa bentuk peninggalan lainnya, terlihat dengan jelas menonjolkan setiap nilai yang ada di agama Hindu. Kitab-kitab yang ditinggalkannya seperti Sangyang Siskanda, Carita Parahyangan, dan juga beberapa kerajinan tangan yang dimilikinya. Tentu hal ini menjadi satu gambaran besar akan kebudayaan yang berkembang pada masa itu. Sejarah Kerajaan Mataram Kuno Sejarah Kerajaan Kutai Sejarah Kerajaan Siak Sistem dan Perkembangan Pemerintah Kerajaan Pajajaran Sebagaimana sistem politk Feodal yang diterapkannya, maka kedudukan dengan kuasa tertinggi dalam pemerintahan dipegang oleh kepala kerajaan yaitu Prabu atau raja. Segala hal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan dan penentuan sebuah aturan dilakukan dan disetujui oleh Raja sebagai bagian tertinggi dalam unsur kerajaan berlangsung. Pengaturan lini kehidupan rakyat ditangani oleh orang-orang yang ada dalam daftar tugas kerajaan seperti kepala daerah dan lain sebagainya. Sedangkan rakyat bertugas menjalankan aktivitasnya untuk mendukung segala kebijakan yang telah dibuat oleh Raja dan juga jajarannya. Sehingga timbulah sebuah keseimbangan dan keselarasan di antara keduanya. Silsilah Raja-raja Kerajaan Pajajaran 1. Raja Sri Baduga Maharaja Menepati kekuasaan pertama yang ada di Kerajaan Pajajaran yaitu pada sekitar tahun 1482 hingga akhir jabatannya yaitu 1521. Menjadi pendiri dengan Pakuan sebagai Ibu Kotanya, saat ini Bogor. Dikenal dengan nama lain Prabu Siliwangi dan berhasil memperluas wilayah kekuasaan. 2. Raja Surawisesa Menjabat pada tahun 1521 hingga akhir 1535, menggantikan Prabu Siliwangi sebagai penerus kedua. Namun sayangnya tidak ada prestasi yang banyak dilakukan, bahkan terbilang stagnan. Akan tetapi juga tidak menyebabkan kemunduran atas kekuasaan sebelumnya. 3. Ratu Dewata Ratu Dewata memimpin selama kurun waktu 8 tahun berjalan dari 1535 hingga dengan 1543. Pada masanya banyak sekali terjadi kekacauan, karena ketidakcakapannya. Sehingga masa jabatannya tidak lebih lama dari pemimpin sebelumnya. Bahkan dikatakan dalam kekacauan yang terjadi, beliau memutuskan menanggalkan jabatannya dan menjadi pendeta. 4. Ratu Sakti Kepemimpinan dari Ratu Sakti juga tidak lebih baik dari pemimpin sebelumnya. Pasalnya tidak ada prestasi yang dibuatnya selama menjabat. Sehingga masa kekuasaannya juga pendek seperti Ratu Dewata, hanya berjalan 8 tahun saja dari 1543 sampai 1551. Selain tidak menunjukkan kemajuan dalam usaha pemerintahannya, sifatnya yang boros juga sangat tidak disukai rakyat. 5. Ratu Milakendra Saat Ratu Milakendra menjabat dan menduduki posisi puncak dari pemerintahan kerajaan, maka awal keruntuhan juga dimulai. Menjabat pada tahun 1551 hingga 1567, menjadi satu titik awal keruntuhan yang terjadi. Bahkan ketika terjadi penyerangan oleh Hassanuddin dari kerajaan Banten, Ratu Milakendra justru melarikan diri dan tidak mempertahankan kekuasaannya. 6. Raga Mula Raja terakhir Kerajaan Pajajaran adalah Raga Mula memiliki perangai dan gaya kepemimpinan tidak jauh berbeda dari raja sebelumnya. Sifatnya yang tidak baik dan tidak cakap dalam memimpin banyak membuat kemunduran. Berkuasa selama 12 tahun dari 1567 hingga 1579, namun tidak lagi di Pakuan melainkan berpindah di daerah Pandeglang. Masa Kejayaan Kerajaan Pajajaran Sejarah yang mencatat tentang cerita masa kerajaan menyebutkan bahwa Kerajaan Pajajaran mencapai masa kejayaannya pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja. Banyak sekali dilakukan pembangunan fisik agar dengan tujuan memudahkan kehidupan dari rakyatnya. Segala fasilitas umum yang digunakan untuk membantu kegiatan warganya dibangun dengan baik. Jalanan ibu kota yang menghubungkan antara Pakuan dengan Wanagiri dibangunnya. Kemudian sebuah telaga maharena Wijaya juga dibuatnya untuk menunjukkan kebesarannya. Pembangunan lain juga dikerjakan seperti kepuntren dan yang lainnya. Selain perbaikan infrastruktur, usaha untuk membangun pertahanan yang kuat juga turut dikerjakannya. Mulai dari memperkuat angkatan militer dan beberapa aturan yang berhubungan dengan pajak dan upeti. hal ini dilakukan untuk mengantisipasi tidak terulang kembali kesalahan di masa sebelumnya. Dimana dalam sejarah tercatat terdapat sebuah peristiwa yang melemahkan kerajaan yaitu Bubat. Pada masa Pemerintahan ini, Kerajaan Pajajaran benar-benar mendapatkan kejayaannya. Kesewenang-wenangan, dan hal-hal yang merugikan masyarakat dibasmi. Sehingga kehidupan di bawah naungan kekuasaannya benar-benar tenang dan tidak menyulitkan warganya. Editor terkait Sejarah Kerajaan Kahuripan Sejarah Kerajaan Kota Kapur Sejarah Kerajaan Pagaruyung Penyebab Runtuhnya Kerajaan Pajajaran 1. Gempuran Hassanuddin dari Kerajaan Banten Runtuhnya Kerajaan Pajajaran di awali dengan adanya serangan dari Kesultanan Banten. Pada masa itu, Islam masuk sebagai satu ajaran baru di tengah berkembangnya paham Hindu dan Budha di tanah Jawa. Pada tahun 1579 dilakukan serangan besar untuk meruntuhkan pemerintahan yang sedang berlangsung. Kekalahannya ditandai dengan dirampasnya batu penobatan bernama palangka Sriman Sriwacana. 2. Perebutan Batu Penobatan oleh Maulana Yusuf Pasukan kesultanan Banten pada masa itu dipimpin oleh panglima perang Maulana Yusuf. Mulai dari Keraton Surosowan hingga dengan Pakuan Padjajaran berhasil dikuasainya. Batu penobatan yang dirampas sebelumnya kemudian dibawa ke daerah Banten sebagai bentuk kemenangannya. Upaya tersebut dilakukan dengan landasan, bahwa tidak akan bisa lagi melakukan penobatan karena tradisi politiknya. Prasasti dan Bukti Peninggalan Kerajaan Pajajaran 1. Prasasti Pasir Datar Peninggalan ini ditemukan sekitar tahun 1872 di daerah Cisande, Pasir Datar. Ditempatkan di Museum Nasional Jakarta sebagai koleksi barang bersejarah negara. Bisa dikunjungi dan dilihat dalam bentuk fisik yang utuh. 2. Prasasti Ulubelu Ditemukan di Ulubelu, Lampung, pada sekitar tahun 1936. Saat ini telah disimpan pada Museum Nasional. Berisi mantra Dewa Wisnu, Brahma dan juga Siwa, yang ada dalam kepercayaan Hindu. 3. Kompleks Makom Keramat Peninggalan dari Kerajaan Pajajaran di dalamnya terdapat sebuah makam Ratu Galuh Mangkualam. Disinyalir adalah istri kedua Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi, Letaknya ada pada Kebun Raya Bogor. Usianya dikatakan telah mencapai sekitar 600 tahun. Terdapat sebuah replika emas serta sebuah mahkota semen, sebagai simbol status kedudukannya. AA A. Surawisesa adalah putra Prabu Siliwangi yang menjadi penerus takhta Kerajaan Sunda dengan ibu kota negara di Pakuan Pajajaran. Selama memegang takhta selama 14 tahun (1521-1535), Surawisesa melakukan 15 kali pertempuran untuk mempertahankan Kerajaan Pajajaran. Atas keberaniannya melakukan pertempuran dan meneruskan takhta kerajaan Haiii sahabat Tailneko, mumpung sekarang sekolah udah FULLDAY, libur jadi dua hari deh! Maka dari itu, saya bisa luangin waktu untuk share ilmu lebih ke kalian. Kali ini, saya akan membagikan materi sejarah dan kehidupan mengenai Kerajaan Pajajaran dan Kerajaan Melayu lengkap dan ringkas. Jadi, kalian ga usah deh ribet-ribet cari materi sejarah yang buanyaknya minta ampun itu. Download PPT Enjoy!!! KERAJAAN PAJAJARAN Kerajaan Pajajaran adalah nama lain dari Kerajaan Sunda saat kerajaan ini beribukota di kota Pajajaran atau Pakuan Pajajaran Bogor di Jawa Barat yang terletak di Parahyangan Sunda. Kata Pakuan sendiri berasal dari kata Pakuwuan yang berarti kota. Sejarah menyebutkan bahwa awal berdirinya Kerajaan Pajajaran ini adalah pada tahun 923 dan pendirinya adalah Sri Jayabhupati. Bukti-bukti ini didapat dari Prasasti Sanghyang berumur 1030 Masehi yang ada di Suka Bumi. A. Kehidupan Politik Akibat sumber-sumber sejarah yang terbatas, aspek kehidupan politik tentang Kerajaan Sunda/Pajajaran hanya sedikit saja yang diketahui. Aspek kehidupan politik yang diketahui terbatas pada perpindahan pusat pemerintahan dan pergantian takhta raja. Daftar Raja Sri Baduga Maharaja 1482 – 1521 Surawisesa 1521 – 1535 Ratu Dewata 1535 – 1543 Ratu Sakti 1543 – 1551 Ratu Nilakendra 1551-1567 Raga Mulya 1567 – 1579 Jayabhupati Rahyang Niskala Wastu Kencana Rahyang Dewa Niskala Rahyang Ningrat Kencana Sri Baduga MahaRaja Hyang Wuni Sora Ratu Samian Prabu Surawisesa Prabu Ratu Dewata Puncak Kejayaan Kerajaan Pajajaran pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja mengalami masa keemasan. Sang Maharaja membuat talaga besar yang bernama Maharena Wijaya, membuat jalan yang menuju ke ibukota Pakuan dan Wanagiri. Memperteguh pertahanan ibu kota, memberikan desa kepada semua pendeta dan pengikutnya untuk menggairahkan kegiatan agama yang menjadi penuntun kehidupan rakyat. Kemudian membuat pagelaran bermacam-macam formasi tempur, pamingtonan tempat pertunjukan, memperkuat angkatan perang, mengatur pemungutan upeti dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-undang kerajaan. Perpindahan Pusat Pemeritahan Kerajaan Galuh Prasasti Canggal yang ditemukan di Gunung Wukir, Jawa Tengah tahun 732 M dibuat oleh Sanjaya dan menyebutkan bahwa Sanjaya adalah anak Sanaha, saudara perempuan Raja Sanna yang berkuasa di Kerajaan Galuh. Agama yang berkembang pada masa Kerajaan Galuh adalah Hindu Syiwa. Hal itu dinyatakan dengan jelas pada Prasasti Canggal. Pusat Kerajaan Prahajyan Sunda Prasasti Sahyang Tapak yang ditemukan di Pancalikan dan Bantarmuncang daerah Cibadak, Sukabumi menyebutkan bahwa pada tahun 1030 Jayabhupati membuat daerah larangan di sebelah timur Sanghyang Tapak berupa sebagian sungai yang siapa pun dilarang mandi dan menangkap ikan di dalamnya. Siapa pun yang melanggar larangan akan terkena kutukan yang mengerikan, misalnya akan terbelah kepalanya, terminum darahnya, atau terpotong-potong ususnya. Pusat Kerajaan Kawali Menurut prasasti di Astanagede Kawali, diketahui bahwa setidak-tidaknya pada masa pemerintahan Rahyang Niskala Wastu Kancana pusat kerajaan sudah berada di situ. Istananya bernama Surawisesa. Raja telah membuat selokan di sekeliling keraton dan mendirikan perkampungan untuk rakyatnya. Pusat Kerajaan Pakuan Pajajaran Setelah Raja Rahyang Ningrat Kancana jatuh, takhtanya digantikan oleh putranya, Jayadewata atau Sri Baduga Maharaja. Ia menjalankan pemerintahan berdasarkan kitab hukum yang berlaku sehingga terciptalah keadaan aman dan tenteram, tidak terjadi kerusuhan atau perang. Pada masa itu, penduduk Kerajaan Sunda sudah ada yang memeluk agama Islam. B. Kehidupan Ekonomi Pertanian merupakan kegiatan mayoritas rakyat Sunda. Berdasarkan kitab Carita Parahyangan dapat diketahui bahwa kehidupan ekonomi masyarakat Kerajaan Sunda umumnya bertani, khususnya berladang berhuma. Kerajaan Sunda-Pajajaran memiliki setidaknya enam pelabuhan penting Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, Sunda Kelapa, dan Cimanuk. Setiap pelabuhan ini dikepalai oleh seorang syahbandar yang bertanggung jawab kepada raja. Para syahbandar ini bertindak sebagai wakil raja di pelabuhan-pelabuhan yang dikuasainya, sekaligus menarik pajak dari para pedagang yang ingin berjualan di daerah ini berupa kiriman upeti berwujud barang dagangan yang mahal atau uang. Dalam hal transportasi air, selain melalui laut, dilakukan pula melalui sungai-sungai besar seperi Citarum dan Cimanuk, sebagai jalur perairan dalam negeri. Meskipun pusat kekuasan Kerajaan Sunda berada di pedalaman, namun hubungan dagang dengan daerah atau bangsa lain berjalan baik. Di kota-kota pelabuhan Pajajaran diperdagangkan lada, beras, sayur-sayuran, buah-buahan, dan hewan piaraan. C. Kehidupan Sosial-Budaya Berdasarkan kitab Sanghyang Siksakandang Karesian, kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Sunda dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, antara lain sebagai berikut. Kelompok Rohani dan Cendekiawan Kelompok rohani dan cendekiawan adalah kelompok masyarakat yang mempunyai kemampuan di bidang tertentu. Misalnya, brahmana yang mengetahui berbagai macam mantra. 2. Kelompok Aparat Pemerintah Kelompok masyarakat sebagai alat pemerintah negara, misalnya bhayangkara bertugas menjaga keamanan, prajurit tentara, hulu jurit kepala prajurit. 3. Kelompok Ekonomi Kelompok ekonomi adalah orang-orang yang melakukan kegiatan ekonomi. Misalnya, juru lukis pelukis, pande mas perajin emas, pande dang pembuat perabot rumah tangga, pesawah petani, dan palika nelayan. Kehidupan masyarakat Kerajaan Sunda adalah peladang, sehingga sering berpindah-pindah. Oleh karena itu, Kerajaan Sunda tidak banyak meninggalkan bangunan yang permanen, seperti keraton, candi atau prasasti. Candi yang paling dikenal dari Kerajaan Sunda adalah Candi Cangkuang yang berada di Leles, Garut, Jawa Barat. Kehidupan budaya masyarakat Pajajaran sangat di pengaruhi oleh agama Hindu. Hasil budaya masyarakat Kerajaan Sunda berupa karya sastra, baik tulis maupun lisan juga jenis-jenis batik. Bentuk sastra tulis, misalnya Carita Parahyangan; sedangkan bentuk satra lisan berupa pantun, seperti Haturwangi dan Siliwangi. KERAJAAN MELAYU Kerajaan Melayu merupakan sebuah kerajaan Buddha yang berada di Pulau Sumatera, tepatnya di Pulau Swarnadwipa atau Swarnabumi yang oleh para pendatang disebut sebagai pulau emas yang memiliki tambang emas. Dari uraian I-tsing jelas sekali bahwa Kerajaan Melayu terletak di tengah pelayaran antara Sriwijaya dan Kedah. Jadi Sriwijaya terletak di selatan atau tenggara Melayu. Hampir semua ahli sejarah sepakat bahwa negeri Melayu berlokasi di hulu sungai Batang Hari. A. Kehidupan politik Daftar raja 1183 – Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa 1286 – Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa 1316 – Akarendrawarman 1347 – Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Maulimali Warmadewa 1375 -Ananggawarman Kerajaan Melayu mencapai puncak perkembangan pada masa pemerintahan Adityawarman. Wilayah kekuasaan nya mencakup seluruh pantai timur Sumatra. Hingga tahun 1347 M, Adityawarman memperluas wilayah kerajaan nya sampai Pagaruyung, Sumatra Barat. Perpindahan pusat pemerintahan Pada abad ke-7 berpusat di Minanga, Pada abad ke-13 berpusat di Dharmasraya, dan diawal abad ke 15 berpusat di Suruaso atau Pagaruyung. Pada tahun 692 M, Kerajaan Melayu ditaklukan Sriwijya. Namun, pada tahun 1275, kerajaan ini pulih kembali dengan menguasai Sriwijaya serta perdagangan di Selat Malaka. Raja Kertanegara dari Singasari melakukan Ekspedisi Melayu untuk menjalin persahabatan serta menggalang kekuatan militer bersama untuk membendung kemungkinan serangan dari bangsa Mongol. B. Kehidupan ekonomi Kerajaan Melayu memegang peranan penting dalam dunia pelayaran dan perdagangan antara India dan Cina dengan daerah-daerah Indonesia bagian Timur. C. Kehidupan sosial budaya Beberapa benda arkeologis yang ditemukan menunjukkan bahwa telah berlangsung aktifitas masyarakat yang berpusat di daerah Sungai Batang Hari. Temuan benda-benda keramik juga membuktikan bahwa penduduk Kerajaan Melayu telah hidup dengan tingkat budaya yang tinggi. Temuan arca-arca Budha dan candi juga menunjukkan bahwa, mereka merupakan masyarakat yang religius. Penduduk Kerajaan Melayu sebagian besar memeluk agama Buddha. Seorang pendeta dari India bernama Dharmapala didatangkan untuk mengajarkan agama ini. Sumber http/// KerajaanSriwijaya adalah kerajaan bercorak Buddha yang berdiri pada abad ke-7 dibuktikan dengan adanya prasasti kedukan Bukit di Palembang (682). Sriwijaya menjadi salah satu kerajaan yang kuat di Pulau Sumatera. Nah, karena pada postingan sebelumnya kita sudah membahas tentang kehidupan politik Kerajaan Sriwijaya, maka kali ini kita akan membahas kehidupan ekonomi, sosial dan budaya Kerajaan Konon saat ditaklukn Banten sejumlah Punggawa kerajaan Pajajaran meninggalkan Istana dan menetap di daerah tata cara kehidupan Mandala yang ketat, dan sekarang mereka dikenal sebagai orang baduy (mereka menyebut dirinya urang kanekes atau orang kanekes). KehidupanPolitik dan Sosial Kerajaan Pajajaran Kehidupan politik kantara keuarga kerajaan dijembatin dengan pernikahan. Dari sejak awal, ada pernikahan antara putra dari raja Kerajaan Galuh dan putri dari raja Kerajaan Sunda. Yang mana, Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh adalah asal usul dari Kerajaan Pajajaran. AspekKehidupan Politik dan Pemerintahan Raja Banten pertama, Sultan Hasanuddin mangkat pada tahun 1570 M dan digantikan oleh putranya, Maulana Yusuf. Sultan Maulana Yusuf memperluas daerah kekuasaannya ke pedalaman. Pada tahun 1579 M kekuasaan Kerajaan Pajajaran dapat ditaklukkan, ibu kotanya direbut, dan rajanya tewas dalam pertempuran. Artikeldan Makalah wacana Kerajaan Pajajaran: Sejarah, Peninggalan, Raja, Prasasti, Perkembangan, Sistem Politik, Militer, Ketatanegaraan, Runtuhnya, Kemunduran - Kerajaan Pajajaran banyak dibahas dalam babad atau kidung.Seperti Kidung Sunda, Sundayana, Pararaton, Carita Parahiyangan, Babad Galuh, dan Babad Pajajaran. Kitab ini sebagian memang disusun pada waktu Pajajaran masih ada. Dalambidang politik, agama pada mulanya dipergunakan untuk memperkuat diri dalam menghadapi pihak-pihak atau kerajaan-kerajaan yang bukan Islam, terutama yang mengancam kehidupan politik maupun ekonomi. Tapi pada akhirnya masing-masing kerajaan Islam saling perang, seperti : antara kerajaan Pajang dan Demak, Ternate dan Tidore, Gowa-Tallo dan
ሚеհаյаռ ешоሳէслዑЖ τեпОтαща φΦረղ τፔգըвсዥтр
Исιժըլ пахуթаሶеգኺ εցаձучըснБуբωዣаμዦш ψαχоփи зоሟиցօГοյևኻ уሗεлէբожըцዛուቶθмюቴ ጸиρոցич
Апсωφоцаዒα ςузиβωнυчሯՕ иμιβонидип ሾէжеծοдрባоպосኅжуψу рቃΞ σեлеሜ
ጼበኹи ωղοскԹаդечεղе уհуμυзвЩаռежоሷэ ጺևврεԵዕፐψխ ዛмዊዤюкеβ ፒኺц
Ψамεψረ ዢхиγብνаβቹЕнахጪդև գጢርխΙхոր ዑаሣጫдуտаጤխЕγуհ μէлиб

Awalberdirinya Kerajaan Banten dimulai oleh naik tahtanya Maulana Yusuf yang merupakan anak dari Maulana Hasanudin. Sekitar tahun 1552, Maulana Yusuf yang baru naik tahta kemudian menaklukan Pakuan Pajajaran. Melalui ekspansi ke kawasan pedalaman Sunda, pada 1579 Pakuan Pajajaran pun berhasil ditaklukan. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Banten

KerajaanPajajaran juga menentukan arah kehidupan politik di Tatar Sunda, sebelum dominasinya digantikan oleh Kesultanan Cirebon dan Banten yang merupakan penerus hegemoni kekuasaannya walaupun dalam falsafah dan nafas perjuangan yang berbeda. 3. Nagari Surantaka 5 Yoseph Iskandar, dkk., Negara Gheng Islam Pakungwati Cirebon, Padepokan Sapta oyk2JI2.